JAKARTA-Aksi kreatif penggemar K-POP berkumpul di depan kantor pusat HYBE – label BTS – di Seoul untuk mendorong praktik-praktik penjualan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dalam industri K-pop. Aksi kampanye ‘Plastic Album Sins’ dari Kpop4Planet menampilkan boneka yang melambangkan para penggemar yang terbebas dari taktik penjualan album. Praktik penjualan album dari HYBE telah menambah polusi plastik secara signifikan di planet bumi.
Perusahaan hiburan K-pop menggunakan taktik ‘penjualan kotor’, seperti menjual photocard secara acak, melakukan sistem undian untuk fansign, dan mengeluarkan beberapa versi album, yang mendorong penggemar melakukan pembelian secara massal. HYBE, perusahaan hiburan K-pop terkemuka dengan total aset 5.25 triliun Won Korea (atau setara 60 triliun Rupiah Indonesia), adalah salah satu perusahaan yang menggunakan taktik penjualan yang merugikan.
Dalam laporan keberlanjutan 2023, terlepas dari ‘visi Hiburan yang Berkelanjutan’ HYBE, pada praktiknya menunjukkan peningkatan 77,9% dalam penggunaan plastik untuk produksi album antara tahun 2022 sampai 2023. Dan the Korea Institute of Corporate Governance and Sustainability (KCGS) menilai kinerja ESG HYBE memiliki nilai terendah dalam kategori lingkungan dibandingkan tiga perusahaan hiburan besar lainnya seperti SM, YG, dan JYP.
“Dengan krisis iklim yang semakin memburuk, November 2024 nanti kota Busan di Korea Selatan akan menjadi tuan rumah dari perundingan penting yaitu negosiasi antarpemerintah atau Intergovernmental Negotiating Committee ke-lima (INC-5) untuk membahas dan menghasilkan perjanjian yang mengikat secara hukum internasional mengenai polusi plastik. Sangat miris, industri hiburan yang menjadi salah satu pendorong ekonomi Korea Selatan tetap mempraktikan penjualan yang meningkatkan volume sampah polusi plastik dan ikut menyumbang emisi di planet bumi.” Dayeon Lee, juru kampanye Kpop4Planet.
“Industri K-pop tidak akan seperti sekarang ini tanpa penggemar, jadi kami berharap HYBE akan mendengarkan suara penggemar, dan kami tidak akan berhenti sampai kami mendengar jawaban HYBE atas tuntutan kami untuk mengakhiri taktik pemasaran album yang menyesatkan,” lanjut Lee.
Kpop4Planet pada bulan Agustus 2024 melakukan jajak pendapat secara daring yang diikuti lebih dari 12,000 penggemar K-pop di Korea Selatan dan seluruh dunia. Para penggemar menyerukan kepada industri hiburan untuk mengakhiri praktik yang mendorong penggemar untuk membeli album secara massal. Sebanyak 42,8% partisipan memilih bahwa penggunaan album K-pop sebagai alat undian untuk mengikuti acara fansign dengan idola merupakan taktik penjualan terburuk dari perusahaan hiburan seperti HYBE.
Sebelumnya di bulan Maret 2024 survei serupa yang diikuti 14,000 penggemar global dan Korea Selatan menunjukan bahwa 36,5% penggemar K-pop merasa tertekan membeli beberapa album untuk mengumpulkan photocard – foto anggota grup K-pop secara individual yang ditambahkan ke dalam paket album CD, sementara 27,7% membeli album untuk meningkatkan peluang mereka menghadiri acara eksklusif seperti fansign bersama artis idola mereka. Data ini menggarisbawahi perlunya perubahan mendasar dalam taktik penjualan album K-pop.
Kpop4Planet telah mengirimkan surat terbuka kepada HYBE, menyampaikan suara penggemar dan menuntut perusahaan menghentikan taktik penjualan yang memaksa penggemar membeli beberapa salinan album fisik yang sama. Hingga saat ini, HYBE belum memberikan tanggapan.
Sebuah laporan dari parlemen Korea pada tahun 2022, jumlah sampah plastik yang dihasilkan oleh perusahaan hiburan telah meningkat 14 kali lipat dalam enam tahun terakhir. Sekarang mungkin era baru bagi streaming digital, tetapi penjualan album fisik K-pop tetap melonjak selama satu dekade terakhir dengan lebih dari 116 juta album fisik terjual dengan 400 album di tahun 2023.
Sejak kampanye No K-pop on a Dead Planet yang digagas oleh Kpop4Planet pada tahun 2021, industri K-pop telah mengambil beberapa langkah tentatif menuju keberlanjutan yang mengutamakan solusi semu. Namun, upaya-upaya ini, seperti penggunaan kertas ramah lingkungan, perilisan album secara digital, dan photocard yang dapat dilarutkan, sebagian besar tidak berhasil mengatasi akar penyebab sampah plastik yang berlebihan.
“Upaya yang telah dilakukan baru-baru ini (menggunakan tinta kedelai, atau bahan daur ulang lainnya untuk album) juga menunjukkan bahwa perusahaan tidak benar-benar memahami apa yang diinginkan penggemar. Perusahaan hiburan harus mengubah cara penggemar dapat mengakses acara fansign dan mengembangkan sistem lain yang tidak akan mendorong penggemar menghasilkan sampah hanya untuk melengkapi koleksi photocard mereka,” ujar Mathieu Berbiguier, penggemar ENHYPEN dan Asisten Profesor Tamu Studi Korea di Universitas Carnegie Mellon, Amerika Serikat.
Tren taktik penjualan album tidak hanya terjadi di industri K-pop. Ikon musik global seperti Taylor Swift telah menghadapi kritik atas praktik yang serupa, sementara artis lainnya Billie Eilish secara lantang mengecam industri hiburan yang lebih mengutamakan angka penjualan daripada tanggung jawab lingkungan.
Sumber: Rilis